Page Nav

HIDE

Grid

GRID_STYLE

Pages

Classic Header

{fbt_classic_header}

Header Ad

Breaking News

latest

'Baju Besi’ untuk Presiden Prabowo Menurut Al-Qur’an

Syahruddin Yasen  Dosen ITB Nobel  dan Ketua Umum DPP ADGI Di zaman digital ini, besi dikenal makhluk cipataan Allah yang ‘sangat kuat’ Makh...

Syahruddin Yasen 
Dosen ITB Nobel  dan Ketua Umum DPP ADGI

Di zaman digital ini, besi dikenal makhluk cipataan Allah yang ‘sangat kuat’ Makhluk ini merupakan salah satu elemen amat penting dalam mendukung berbagai produksi peralatan bagi kelanjutan hidup dan kehidupan manusia.  Tanpa mengulas teknik proses  pembuatan besi yang berasal dari batu/biji besi (mangan) yang dieksplorasi dari sebuah perut gunung tertentu, penulis hanya ingin meliteralisasi dari sudut pandang Al-Qur’an, mengapa besi amat penting menjadi perhatian manusia dari zaman ke zaman, termasuk mengapa besi dikaitkan dengan kepemimpinan peresiden Prabowo?


Besi dalam hal ini hanya menjadi simbol atau permisalan dalam sebuah kepemimpinan yang kuat, kepemimpian seorang manusia yang diamanahkan oleh para khalifah (baca: rakyat) untuk menjadi pemimpin khalifah di muka bumi. Bukankah manusia dihadirkan di permukaan bumi ini hanya untuk mengemban dua amanah? 


Pertama, manusia sebagai Abidullah/Abdullah (hamba Allah) yang harus menyembah; beribadah kepada Allah Yang Maha Esa (Maha Tunggal), baik ibadah dalam pengertian sempit maupun luas. Kedua, manusia dihadirkan untuk menjadi khalifah (pemimpin; manajer) agar memakmurkan bumi dan ekosistem alam. Karena itu, kekhalifahan manusia di bumi ini idealnya harus mendengar pesan-pesan langit dalam bentuk wahyu  terakhir yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui Jibril Alaishissalam, itulah Al-Quran al Karim. 


Lalu apa dan bagaimana pesan Al-Qur’an terkait ‘baju besi’ yang setidaknya bisa disematkan penulis  kepada presiden Prabowo yang dilantik pada 20 Otober 2024 kemarin?  Ialah kepemimpinan yang kuat dan berani, heroik dan ptariotik.

Dalam Al-Quran Nabi Daud Alaihissalam adalah Nabi yang bisa memerintah dan berbicara dengan besi, maka dikenal dengan Nabi-nya Besi (QS. Al-Anbiya,21: 80); (QS. Saba, 34:10-11).  


Setidaknya terdapat 12 kata besi dalam bentuk kata benda (‘isim mufrad’) dalam tujuh surah Al-Qur’an.  Begitu juga halnya nabi-nabi yang lainnya, misalnya, Nabi Muhammad SAW disematkan sebagai nabinya seluruh manusia (yang membawa rahmat dan berkah bagi seluruh alam), begitu juga Nabi Sulaiman, bisa memerintah dan berbicara dengan seluruh bahasa makhluk yang ada pada saat itu, bahkan para Jin tunduk; taat pada pesan dan perintah Nabi Sulaiman. 


Kisah-kisah heroik beberapa Nabiyullah yang dikemukakan tersebut, hanyalah sebagai contoh bahwa setiap manusia sedikit banyak dapat meneladani pola kepemimpinan para nabi. Prabowo Subianto yang telah mendapat amanah memimpin negara dan bangsa Indonesia hingga 2029 nanti, diharapkan memakai ‘baju besi’.  Dalam konteks ini meminjam istilah ustad Das’at Latif dan Ustad Abdul Shomad,  ‘baju besi’ bermakna berhijrah dari menegakkan keadilan atas nama kekuasaan (machtaat), kemudian menjadikan hukum sebagai ‘baju besi’ atas nama hukum (rechtaat); menguatkan yang lemah, memberantas yang khianat (koruptor), melindungi dan mengayomi rakyat menuju kesejahteraan, mengarahkan para manajer (para menteri) untuk menjadi manusia-manusia yang baik, baik di mata Tuhan dan baik di mata rakyat. Itulah kekuatan harapan yang bisa dipetik dari falsafah besi, yang sekiranya Presiden Prabowo bisa ‘sami’na wa tho’na’ (selarasnya ucapan dan perbuatan), dimana  rakyat dan para ulama menaruh harapan besar di dalamnya,

Terlepas dari segala kekurangannya pada masa sebelum menjadi Presiden kini, namun ketegasan Presiden Prabowo  dalam berbicara dan bersikap ‘ ibarat besi tajam yang sedang terbang’;  tidak hanya menggetarkan lawan dan kawan, tetapi bisa menggetarkan perwakilan negara-negara yang sempat hadir di acara pelantikannya. 


Salah satu isi pidato yang perlu digarisbawahi terkait ‘baju besi’ ini, beliau mengajak seluruh elemen bangsa untuk berani menghadapi tantangan dari luar dan dari dalam negeri. Kata ‘berani’ diulang-ulangi minimal 15 kali dimaknai sebagai sebuah optimisme untuk bersatu menggapai masa depan Indonesia yang sejahtera. Hanya ‘besi’ yang kuat secara fisik. Tetapi pesan ‘baju besi’ mengandung spirit dan pesan moral yang kuat untuk dipakai dalam menggerakan roda perekonomian yang berswasembada pangan, energi dan hilirisasi komoditas-komoditas hasil bumi Indonesia. 


‘Baju besi’ memberikan sinyal, bahwa Al-Qur’an memerintahkan pemimpin Indonesia masa bakti 2024-2029 agar memperkuat dan mengembangkan produksi alustista sendiri, dikarenakan bahan baku biji besi (mangan) yang ada dalam perut bumi Indonesia memang perlu dihilirasasi dan diproduksi sendiri, guna memperkuat pertanahan negeri yang gemah ripah loh jinawe ini. Allah berfirman: ‘’Buatlah baju besi yang besar-besar dan ukurlah anyamannya dan (dengannya) kerjakankan Kebajikan. Sungguh Aku (Allah) Maha Melihat apa yang kalian kerjakan’’ (QS. Saba, 34: 11).


Nabi Daud Alaihissalam adalah salah seorang nabi yang sangat taat dan selalu bertasbih (menyucikan Allah), dan ucapan tasbih (awwaby; tasbih) yang seolah tiada henti oleh nabi Daud pun diikuti oleh burung-burung, besi dan gunung-gunung dengan caranya masing-masing. Al Hasan Basri, Qatadah dan Al A’masy dan lainnya mengatakan, untuk melunakkan besi, bagi Nabi Dawud tidak perlu memasukkannya ke dalam tungku api, dan tidak perlu palu untuk membentuknya, tetapi Daud dapat memintalnya dengan tangannya seperti orang yang memintal kapas menjadi benang: ‘’Dan buatlah baju besi yang besar-besar’’ (QS. Shaba,34:11).


‘Baju besi yang besar-besar’  dalam ayat tersebut  sebagai sinyal bahwa jika suatu negara ingin disegani oleh negara lain, maka negara tersebut harus mampu memproduksi ‘baju besi’ (alustista) sendiri, baik untuk pertahanan sendiri maupun untuk dijual.  Begitu pula harapan rakyat dalam kepemimpinan Presiden Prabowo yang berlatar belakang militer, bahwa alustista (baju besar) menurut Al-Qur’an, sama pentingnya dengan swasembada pangan, swasembada energi dan lainnya, meskipun secara tekstual tidak disebutkan produksi alustista  dalam isi pidato beliau. Wallahu a’lam (**)


Tidak ada komentar